Tidak Cepat Puas atau Sulit Bersyukur?


Anda – anda yang masih sekolah, dan juga saya pasti deh pernah sekali saja banding-bandingin  nilai sendiri sama orang lain. Habis liat , kadang nyengir karena nilai sendiri lebih gede, seringnya cemberut karena nilainya ternyata ga spektakuler amat, bahkan kalah jauh di bawah nilai si ‘itu’. 

 Terus sesekali mengumpat keras “Aduh nilai gua jelek, atau kecil amat ya, bete hasilnya ga memuaskan.” Ternyata ada seorang teman di samping Anda sedang berusaha menabahkan hati karena sadar nilai Anda, yang mengumpat,  lebih besar daripada nilai yang ia peroleh. Pernahkah Anda atau saya sendiri menyadari betapa sakitnya orang-orang di bawah kita?  Mendengar pengklaiman ‘jelek’ atau ‘ hina’ terhadap nilai kita sendiri yang ternyata belum seberapa buruk bila dibandingkan mereka yang lebih malang itu?

Memang tiap orang punya standar terhadap hasil terbaik yang bisa mereka peroleh,  akan tetapi waspadalah jika standar diri yang tinggi itu membuat kita menjadi orang yang kufur nikmat, lupa bahwa hasil kita yang ‘segitu’ tuh ternyata sudah merupakan nikmat, bagaimana kalau lebih buruk dari ‘segitu’ ? Tidak mencapai SKBM misalnya? Atau bahkan nol sama sekali. 

Boleh saja punya mental yang tidak cepat puas kepada potensi diri, sehingga kita akan selalu berusaha mengembangkannya. Namun, kurang pantas rasanya jika dampaknya kita malah sulit mensyukuri kelebihan diri, dan luput dari nikmat-nikmat yang senantiasa diberikan oleh-Nya

Jika sulit bernafas lega saat melihat mereka yang selalu ada di peringkat atas, mungkin alangkah baiknya jika kita bersyukur masih bisa berada di posisi  sekarang ini, yang tidak buruk – buruk amat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bermalam Ala Gelandangan di Ibukota

Pantun Memantun Bersama Nabila

Jangan Mau Kehilangan KTM ITB