Pembuktian dan Tindakan

Jadi orang yang memiliki value intinya cuma dua: bersabar dan pembuktian. Kalo dua hal itu ga bisa dilalui, perkataan akan sulit dipercaya orang lain.

Beberapa contoh yang bisa diambil atas apa yang saya lalui:

1.       Main uno block, kalo kita selalu menjadi orang yang kalah dan meruntuhkan bangunannya, berarti kita belum bisa bilang kita orang yang sabar dan cerdas dalam melakukan decision making.
2.     Tentang transkrip, kalo kita belum bisa membuktikan IP kita baik, maka kita belum bisa meyakinkan orang bahwa kita tuh bisa memanajemen waktu dan bertanggung jawab. Bahkan kita  belum bisa bilang kalo kita mengenal diri kita sendiri karena nampaknya kita masih belum sadar kapabilitas diri kita itu seperti apa yang berdampak pada pertimbangan kita memilih tempat beraktualisasi diri.
3.     Kalo orang yang begitu vokal bicara soal nilai dan strategi kehidupan, tetapi ketika diminta membantu membereskan rumah atau minimal menjaga rumah dalam kondisi tetap bersih saja tidak bisa, dia tidak bisa membuat orang yakin dengan kata-katanya.
4.     Kalo feed instagram begitu rapi, tweet-an begitu bijak, dan kata-kata di line begitu indah, tetapi di kenyataan manner buruk, tidak mampu menjaga penampilan ataupun berkomunikasi, dan dalam konteks yang lebih advanced, tidak  pernah memiliki rekam jejak dalam problem solving secara signifikan, orang ga akan respek terhadap usaha persuasi di dunia maya.
5.     Punya target tinggi dan cenderung besar untuk diwujudkan, tetapi dalam hal-hal yang lingkupnya sempit dan waktu penyelesaiannya sedikit saja belum bisa maksimal untuk dikerjakan, misalnya membuat laporan organisasi yang rapi, memenuhi standar, dan bernilai faedah, editingnya benar seperti tidak ada saltik atau kata-kata yang aneh, maka perbaiki lagi cara  dalam menyelesaikan sesuatu, terutama tugas-tugas kecil yang menjadi bagian dari perjalanan pencapaian target besar kita.

Kita memang tidak bisa menuntut diri sendiri untuk selalu sempurna di mata orang lain di setiap saat, di setiap tempat, tetapi at least kita bisa membuktikan bahwa sewaktu-waktu kita bisa melakukannya dengan beres dan memenuhi syarat cukup.

Kalo kata kakak ekskul di sekolah SMA saya dulu,
“Jadilah orang yang berintegritas, jangan hanya jadi pembual.”

Tapi walaupun menyadari diri tak pernah berbuat apa-apa dan belum pernah bisa membuktikan kalo diri bisa berbuat apa-apa yang signifikan, jangan juga akhirnya tak pernah melakukan apa-apa.

Kunci untuk memulai  jika kita seorang inferior complexity, jadilah seorang yang bukan siapa-siapa. Dengan begitu karena kita bukan siapa-siapa, kita tanpa sungkan melakukan apapun hal kecil positif yang bermanfaat yang bisa dilakukan  tanpa memihak, tanpa berpikir dua kali mempertimbangkan untung ruginya, tanpa memikirkan gengsi atau prinsip-prinsip diri yang selama ini justru menghalangi untuk berbuat banyak hal baik secara spontan.

Ada sampah yang terlihat terdapat di tempat yang tak seharusnya, ambil dan buanglah ke tempat seharusnya. Man will do what man must do.  Ada ujaran minta tolong datangilah tanpa sungkan tanpa memerhatikan kenyamanan diri sendiri, dan jika sudah terlibat dalam prosesnya, bersabarlah. Do your best. Tapi mungkin yang perlu diperhatikan di sini, jangan mengambil amanah yang kira-kira ketidakmampuan kita akan merugikan orang lain. Jadi bantulah pada bagian yang tidak memiliki konsekuensi apa-apa ketika kemudian kita memutuskan menyerah membantunya di tengah jalan. Jangan membantu hal-hal yang perlu komitmen jangka pendek, maupun jangka panjang kecuali jika sebelumnya kita rela menanggalkan semua yang hendak dikejar demi menyelesaikan komitmen berjangka itu.

Jadi orang baik sangat sulit, coba dulu jadi orang berintegritas, walau membantu orang sedikit sekali intensitasnya, setidaknya sekalinya membantu, membantunya itu akan sangat maksimal dan pakai hati. Jadi jangan tergesa-gesa untuk menjadi seseorang yang berhati emas dalam banyak aspek, fokus saja dulu pada satu aspek, satu kesempatan yang ada, buktikan bantuan dan niat baik bisa berdampak dan bernilai tepat guna buat orang lain, baru kemudian beranjak pada lebih banyak aspek.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bermalam Ala Gelandangan di Ibukota

Pantun Memantun Bersama Nabila

Jangan Mau Kehilangan KTM ITB