Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2012

Nilai Sembilan Pertama di Tes LMS

Gambar
Agaknya nampak berlebihan jika gua bilang hal itu adalah sebuah anugerah yang luar biasa. Dapet nilai 9 di lms mate, yang mengerikan dan meneror dengan waktu dan tombol submitnya. Karena sejujurnya, gua belum pernah dapetin nilai segitu, bahkan 8 pun hanya saat remed. Walaupun ada yg juga bertutur,  "Ah nilai 9 tuh standar, banyak kok yg dapet segitu."  "Matriks ya, si anu aja bisa dapet 8, wajar lah." Mereka boleh berpendapat begitu, tetapi 100% gua yakin mereka ga pernah tau gimana fobianya gua sama kecaman waktu serta hasil tak terduga di balik tombol submit itu. Gimana rasanya me-munafik-an diri seakan-akan emang gua tuh bisa setenang air, dan secuek-cueknya apatis. Gimana gua mencoba bertahan pada kemampuan diri sendiri, di saat oknum-oknum licik menempuh 'jalan pintas'. Mungkin pandir dan terkesan egois, jika gua mengutuk sistem lms yang buta akan makna sebuah usaha mencari jalan keluar , dan menyalahkannya atas nilai-nilai yang tak kunjung me

Meanwhile Absen....

Gambar
Jangan berlagak engga tahu C di sini maksudnya apa :)

Menghadapi Dunia 'Kebebasan'

Gambar
Dunia yang mereka sebut dengan ranah kebebasan, memilih dan bertanggungjawab mandiri pada setiap konsekuensinya. Namun aku lebih senang menyebutnya dengan dunia tanpa proteksi dan toleransi. Kuliah. Beberapa waktu yang lalu sebelum sampai di penghujung putih abu ini, sempat ingin mempercepat waktu, melemparkan seragam penuh aturan itu ke tempat sampah, karena ingin merasakan betapa lapangnya dunia kuliah yang sarat dengan pilihan, tetapi  barulah di akhir, ternyata nampak kalau yang namanya "Kebebasan Memilih" adalah "Keharusan Memilih" . Ya, kata 'harus' jelas berbeda dengan kata 'bebas'. Kata 'harus' menandakan sudah bukan saatnya lagi kita boleh meraup semuanya, tetapi saatnya kita harus memutuskan mengambil yang terbaik dari semua yang kita anggap baik. Setiap pilihan penuh dengan konsekuensi yang tidak main-main, memilih sesuatu untuk bertanggungjawab terhadapnya. Mungkin inilah salah satu alasan kegalauan seorang anak kelas 3

Tidak Cepat Puas atau Sulit Bersyukur?

Anda – anda yang masih sekolah, dan juga saya pasti deh pernah sekali saja banding-bandingin   nilai sendiri sama orang lain. Habis liat , kadang nyengir karena nilai sendiri lebih gede, seringnya cemberut karena nilainya ternyata ga spektakuler amat, bahkan kalah jauh di bawah nilai si ‘itu’.    Terus sesekali mengumpat keras “ Aduh nilai gua jelek, atau kecil amat ya, bete hasilnya ga memuaskan .” Ternyata ada seorang teman di samping Anda sedang berusaha menabahkan hati karena sadar nilai Anda, yang mengumpat,   lebih besar daripada nilai yang ia peroleh. Pernahkah Anda atau saya sendiri menyadari betapa sakitnya orang-orang di bawah kita?   Mendengar pengklaiman ‘jelek’ atau ‘ hina’ terhadap nilai kita sendiri yang ternyata belum seberapa buruk bila dibandingkan mereka yang lebih malang itu? Memang tiap orang punya standar terhadap hasil terbaik yang bisa mereka peroleh,   akan tetapi waspadalah jika standar diri yang tinggi itu membuat kita menjadi orang yang kufur ni

Birokrasi yang Menghalangi Kreasi, Perlukah?

Sedang tidak suka dengan cara sebuah instansi yang membatas-batasi kuota peserta didiknya untuk mengikuti kompetisi,  tanpa alasan yang jelas. Terlalu banyak? Itu menurut saya bukan alasan yang bijak, soal biaya kan sudah diputuskan untuk ditanggung sendiri tanpa subsidi, apa lagi toh? Cuma minta perizinan kok , bukan minta ‘sesuatu’.  Di dunia ini ada yang namanya peluang, kalau peserta kompetisi dianalogikan sebagai ruang sampel, maka bukankah ruang sampel yang banyak,  peluang menangnya akan lebih besar? Itu dari segi matematika. Dan lagi, dengan mengobrak-abrik seenaknya tim  yang dibentuk oleh peserta didik jauh-jauh hari tanpa kompromi sedikitpun , di mana letak rasa menghargai?  Perlukah birokrasi jika sudah jelas hitam putihnya?

Andai Diri Ini Disantroni Sama Pertanyaan Retoris....

Gua udah pernah jadi panitia KM, dan kini panitia M***ng.... tapi gua ga pernah di-KM dan di-M***ng, yang artinya gua ga prnah ngerasain posisi kandidat-kandidat itu, yang terpojok oleh seribu pertanyaan menuntut bukti,  dan cekaman waktu. pasti jawaban yang dibutuhkan dan diinginkan oleh peng'eksekusi' adalah yang bisa dilakukan detik itu juga. Kadang gua bingung, apakah jawaban yang sebenar-benarnya jawaban untuk pertanyaan2 itu benar-benar ada. atau hanya sebatas usaha untuk memojokkan sang kandidat, sampai menampakkan watak aslinya? jika gua ditanya: Apa gua pantas di posisi itu? Satu-satunya yang terbayang  dalam pikiran adalah semua orang bisa menjadi pantas kalo ia berusaha maksimal dan bertanggungjawab jadi kalo ditanya: Apa yang bikin gua pantas dan yang lain engga? lagi-lagi yang terpikir adalah gua hanya orang yang kebetulan terpilih, karena panitia ditakdirkan untuk melihat dan tertarik terhadap potensi prominen yang ada di dalam diri gua, dan ditakdi

Dan Masa Kepengurusan Pun Beralih...

Gambar
Entah mengapa, di penghujung akhir masa kepengurusan selalu begini. Rasa jemu yang berganti kangen disertai rintik sendu kesedihan menjelang perpisahan. Dua tahun telah berlalu, dan tidak terasa sudah saatnya untuk melepas jubah organisasi dalam ranah fungsinya.  Sayonara semuanya... Pandawa 16 Syukuran LKBB 2010 (Pasukan LKBB) Binsus 2011 (Anggota Bidang Kerohanian) KIR Hut KIR (Staf Divisi Astronomi) Jalan - jalan ke Ragunan - Planetarium (Ka.Koor Divisi Biologi) DKM Kumpul Fraksi (Anggota Departemen Dakwah Umum) Sejujurnya, Masih pingin dijarkom suruh dateng kumpul atau yang ga penting sekalipun (walau seringnya ga dateng) Masih pingin pake PDU 2, beserta emblem-emblem khasnya. Masih pingin bikin surat peminjaman, terus ngejar-ngejar pembina yang kadang suka pake pintu ke mana saja Masih pingin dapet surat dispensasi buat ngurus acara Pandawa, DKM, dan KIR  Masih pingin kumpul lagi, mendengar OOT yang menyita waktu itu, membahas ma

Secuil Asa Kecil Kakoor Bio Hexagon

Sebentar lagi Musang, dan itu berarti masa kepengurusan mandiri Rantai Emas dan Jangkar Bahtera akan segera dimulai. Iri dengan mereka yang kini mengemban tugas mulia 'menjadi pengurus KIR' itu, entah mulai dari Sabtu yang kembali libur, serta sekret yg rampung dibangun (meski berbagi dengan dua ekskul lain, yakni Fokus dan Bullet's). Terlepas dari itu, pikiranku mulai menangkap ide-ide yang selama ini menguap entah ke mana. Berandai -andai kalau saja ketika masa jabatan saya sebagai ka koor lebih aktif dan lebih berani 'gila', mungkin sekarang saya akan menutup sisa - sisa hari kepengurusan KIR ini dengan meninggalkan keteladanan buat mereka. Banyak sebenarnya yang pingin saya olah dari divisi Biologi, seperti Misalkan mencaritahu kenapa semut kadang ada pada gelas bekas minum, dan kadang tidak ada. Zat-zat apakah yang kira-kira mempengaruhinya. Membandingkan kuantitas jerawat antara anak yang hobi makan makanan berminyak dengan anak yang ga suka makanan kayak