Lagi Cinta Mati Sama ITB dan Kehidupan di Sekitarnya

Alhamdulillah....
Oktober tanggal 27 tahun 2013 saya masih berada di ITB, PTN yang kata orang susah masuknya ini.
saya merasa tidak menyesal sedikitpun memilih bumi ganesha sebagai penerus jenjang pendidikan karena ternyata bagi saya ITB adalah Smansa skala besar. ITB tidak kalah seru mengadakan berbagai acara dan seminar bergengsi, malah menurut saya ITB adalah 100%nya dari smansa.

Sebelumnya apakah kau tau smansa Bogor? Sekolah yang digadang-gadangkan sebagai sekolah acara, sekolah yang sangat aktif organisasinya, dan sekolah yang sangat kuat ikatan alumninya yang terletak di jalan Ir. hatta djuanda  16, selain itu sekolah ini terkenal sebagai sekolah keluarga karena guru-gurunya pun banyak yang berasal dari sekolah ini.

Cukup sudah romantika tentang smansa Bogor karena saat ini saya sudah mendarat di ITB. Kau tahu apa artinya kalau saya bilang ITB adalah 100%nya smansa? Ya, bisa berarti bahwa ITB merefleksikan secara utuh apa yang belum diberikan oleh smansa. Maklum saja, ITB itu "luas", dan bicara soal PTN Indonesia tentu saja berbagai macam kultur dari banyak penjuru tanah air terumpun di dalamnya. Bisa dibayangkan bagaimana kayanya ITB akan nilai-nilai kehidupan? Smansa saja yang skala kota sudah seperti sekolah kehidupan karena ikatan alumninya yang kuat dan pergerakan organisasinya, bisa dibayangkan bagaimana jika ITB adalah 100% smansa? Ikatan alumni ITB dengan mahasiswanya juga cukup kuat, hal itu terbukti dengan adanya acara Pulang Kampung Ikatan Alumni ITB yang diadakan setahun sekali.

Memang, ITB tidak seluas universitas dan PTN lain sehingga kita tidak memerlukan bis antarfakultas seperti halnya UI dan IPB (yang saya bicarakan sekarang adalah ITB kampus Ganesha, bukan Jatinangor), tetapi hal itu (secara logika) justru menjadikan kolaborasi dan koordinasi antarmahasiswa beda fakultas bisa terlaksana dengan maksimal. Mau shalat jum'at? Serentak seluruh anak mahasiswa ITB fakultas manapun berpikir untuk menuju Masjid Salman. Mau olahraga? serentak mereka semua menuju ke saraga. Mau nyebur? serentak ke Indonesia tenggelam (sekarang dilarang). Mau kumpul unit? serentak ke sunken court atau saraga. Mau baca? serentak ke perpus pusat. Mau  ngenet pake wifi? serentak ke area ITB. Mau pacaran? serentak ke lapangan cinta. Mau nyari beasiswa? serentak ke Lembaga kemahasiswaan. Mau bikin panggung atau pameran? pasti ga jauh2 antara lapangan basket, jalan boulevard, atau lapangan cinta. Karena ITB terlalu sempit untuk membuat mahasiswa beda fakultas asyik dengan dunia mereka sendiri, maka acara-acara di ITB tidak lepas dari kolaborasi antarfakultas yang berlainan, baik sebagai audiens, voluntir, maupun pembuat acara.

Saya tidak bermaksud untuk meninggi-ninggikan ITB, saya hanya mengemukakan apa yang saya rasakan setelah menjadi bagian dari PTN yang katanya miniatur Indonesia ini. Rasanya setiap hari ke ITB pun tidak pernah capai karena selalu ada alasan untuk melakukan sesuatu di sana. Entah ini benar atau tidak. Saya kira hari Minggu ITB tidak pernah sepi karena selalu ada acara di dalamnya, seperti acara Sosialisasi Antihepatitis yang saya lihat ketika saya mengetik tulisan ini. Sebut saja ITB tidak pernah mati, bahkan larut malam sekalipun, entah adanya kumpul unit, atau sekadar mahasiswa yang mengerjakan tugas kuliah. 

Saya lagi cinta mati sama ITB hari ini, mungkin selamanya....
Tunggu cerita-cerita saya di kampus gajah ini selanjutnya....




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bermalam Ala Gelandangan di Ibukota

Pantun Memantun Bersama Nabila

Jangan Mau Kehilangan KTM ITB