Cerita 2 November 2017



Setiap hari akhir-akhir ini selalu saja ada banyak hal yang terjadi dan sebenarnya sudah sering terjadi, hanya saja otak saya, yang dalam konteks khusus disebut pola pikir, menjelang umur 22 ini sudah semakin aktif saja untuk mengekstrak apapun yang tengah diperbincangkan di sekitar saya, baik yang hadir secara formal sewaktu saya di kelas, maupun yang terlewat begitu saja ketika saya tengah bersantai di luar. Seperti halnya pada hari ini, ketika saya mendapatkan begitu banyak pelajaran tentang hidup, tentang berbagai sisi kehidupan. 

Plagiarisme bisa dicegah dengan menggunakan hati nurani masing-masing. Begitu kira-kira kesimpulan yang saya dapat dari kuliah TA 2 bersama Pak Sugijono jam 9 pagi ini di seminar TF 4. Kerapkali plagiarism yang terjadi melibatkan banyak karya yang memang belum mendapatkan hak paten secara resmi. Kendati demikian, sudah tugas bagi penulis maupun perancang karya apapun untuk mampu menyadari bahwa perbuatannya itu termasuk tindak plagiarism atau bukan. Inti dari plagiarism adalah tidak menghargai hasil karya orang lain, dan mengakui karya orang lain tersebut sebagai karya milik kita. Adapaun tindak plagiarism tidak disadari seringnya karena alasan tidak mengetahui dari mana sumber orisinil karya itu berasal. Yang menarik pemikiran saya, apakah menjawab soal ujian open everything (yang hanya diberi waktu dua jam) dengan menyalin pernyataan-pernyataan dari suatu artikel secara utuh tanpa menyebut sumber referensinya merupakan sebuah tindak plagiarism? Saya masih memikirkan jawabannya.

Jam 11 saya kemudian bergegas ke oktagon di ruang 9016 untuk mengikuti kuliah hukum perburuhan. Di kuliah ini, saya diberi wawasan tentang seluk beluk serikat buruh, yang lebih menekankan soal besarnya gaji. Ada perbandingan besar gaji buruh dari masa ke masa dan pada pembahasan ini saya baru tahu kalau peningkatan harga 1 gram emas dari masa ke masa juga akan meningkatkan upah buruh yang dirasa pantas. Untuk periode 2017 ini, peningkatan gaji buruh dibatasi sebesar 8.25%. Hal ini berdasarkan PP 78 tahun 2015 tentang Pengupahan Buruh dengan rumus sebagai berikut.


UMn adalah upah minimum yang akan ditetapkan. UMt adalah upah minimum tahun berjalan, dan PDBt adalah pendapatan domestik bruto tahun berjalan atau biasa dikenal sebagai angka pertumbuhan ekonomi nasional. Kebijakan ini menuai penolakan dari para pekerja karena kenaikan upah akan terbatasi pada batas maksimal 10% saja. Misalnya inflasi sebesar 5% dan pertumbuhan ekonomi sebesar 4.67%, maka kenaikan upah hanya akan sebesar 9.67% saja. Kondisi ini jauh dari harapan pekerja. (sumber: Tesis Formula Pengupahan PP No. 78 Tahun 2015 dalam Perspektif UUD 1945 dan Hukum Islam oleh Istiqomah Prodi Hukum Islam UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2016)
Dalam perkuliahan hukum perburuhan ini, tak lupa dosen MKDU saya memberi wejangan yang cukup berkesan,

“Sekarang ini untuk menghadapi masa depan, dibutuhkan ilmu analisa/reviewer. Bayarannya per halaman atau per lembarnya cukup besar. Dan Ananda ketika melamar kerja, jangan hanya melihat kerjaan dari gengsinya, tetapi yang paling penting adalah apa yang kita dapatkan, yaitu gajinya.”
-Bu Siti Kusumawati Azhari
Kemudian, setelah perkuliahan Hukum Perburuhan, yang hari ini seperti beres dengan cepat pada pukul 12 siang, saya melipir ke Circle K Sumur Bandung untuk merelakskan diri di tempat ngasonya dengan sebotol Allure Vanilla Greentea Latte. Rasa minuman ini cukup eksotis dan unik menurut saya.  Di sela-sela ritual meminum teh hijau ini, sayup-sayup terdengar obrolan laki-laki dan perempuan (yang menurut saya sudah bekerja) tepat di meja depan saya, dan terujarlah kutipan-kutipan unik dari mereka.


Pihak laki-laki : “Si itu galau mulu katanya belum dapet jodoh. Padahal, masih ada yang lebih penting dari apa yang dia galauin.”

Pihak perempuan : “Jomblo ga akan mati kok.”

Pihak perempuan : “Percuma ganteng kalo ga memiliki usaha apapun.”

Hmm, dari sayup-sayup perkataannya, dapat dikatakan mereka tengah memperbincangkan obrolan tentang jodoh dan pekerjaan. Saya ingin mendengarkan lebih lanjut, tetapi waktu zhuhur sudah datang dan saya harus bergegas shalat.

Ya, begitulah jika kita ingin membuka lebih lebar daun telinga kita terhadap hal-hal di sekitar. Pengetahuan dan hikmah datang silih berganti.  Seolah membangkitkan ambisi untuk mengekstraknya jadi sebuah buku cerita ataupun hikayat tentang kehidupan yang saya jalani sehari-hari. Akan tetapi, sepertinya saya harus lebih banyak belajar lagi dan menilik berbagai referensi yang dirasa pas untuk membuat cerita tentang pembelajaran dan wawasan, yang kerapkali saya dapatkan setiap harinya, agar terlihat lebih menarik untuk dibaca.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bermalam Ala Gelandangan di Ibukota

Pantun Memantun Bersama Nabila

Jangan Mau Kehilangan KTM ITB