Romadhon Telah Datang....
Sang waktu melaju bak kisaran angin yang berlalu
Tak kasat mata sehingga kita tak nyana
Sudah berapa lama kita meracik kuasa dosa dan menebarkannya
Sudah berapa kali kita menata kekusutan tali persaudaraan kita
dan meregangkannya kembali
Sudah berapa daya yang kita habiskan tuk menuaikan pahala dan amal
Dan mengapungkannya ke ujung langit tiada batas
Sudah berapa cukup memori yang kita miliki tuk merenungkan
kenistaan yang kita curahkan setiap detiknya dan tiada berampun
Sudahkah kita memilin ulang lembaran kelabu menggumpal
dan menoreh lagi tinta suci di atas plakat alam keabadian?
Sudah mampukah kita menjawab pertanyaan berantai itu
tanpa setitikpun pondik bersemayam?
Sadarlah! Tamu agung nan mulia itu telah tiba dan bertandang
Pelosok mana lagi yang kita asakan
bisa meningkapkan noda dan dosa kita yang kian menjadi
penawar racun apa yang paling mujarab
selain dan seindah semangat membara untuk bermaaf?
Sadarlah! sekali untuk terakhir kali
Dia telah datang
dengan membawa milyaran kunci sarat rahmat
demi membuka pintu pintu pertaubatan
mensucikan sukma hingga ke ranah yang paling dalam
Dia telah datang
Bahkan setan berhawa kejahilan pun terseret hina dalam jeruji paling keji
namun betapa sayangnya!
suara iblis masih mengendarai di udara bebas
di sela celah kedatangan sang Rhamadan
hingga tak jarang tak sedikit mereka yang berang
dan tiada malu melampiaskan birahi
dalam suasana bulan nan suci dan jernih
mereka yang berhaluan roh jahat dengan teganya menumpahkan belanga hitam
dengan kesirnaaan sesal yang menjadi debu
tatkala kegersangan dan jerih payah menyelubung
akankah kita menjelma diri layaknya para pelukis noda hitam itu?
atau memilih tuli dan buta
dari kesenangan luapan nafsu palsu juga fana
walau keringat beralih jadi banjir bertumpah sekalipun
ku tetap bergeming
walau raga meringis haus dan menjerit perih
ku tetap berteguh
hingga suatu hari
di kala gema kemenangan bersambut
akan ku teriakkan dengan jiwa yang berseri bukan kepalang
daku telah menang!
Sang waktu melaju bak kisaran angin yang berlalu
Tak kasat mata sehingga kita tak nyana
Sudah berapa lama kita meracik kuasa dosa dan menebarkannya
Sudah berapa kali kita menata kekusutan tali persaudaraan kita
dan meregangkannya kembali
Sudah berapa daya yang kita habiskan tuk menuaikan pahala dan amal
Dan mengapungkannya ke ujung langit tiada batas
Sudah berapa cukup memori yang kita miliki tuk merenungkan
kenistaan yang kita curahkan setiap detiknya dan tiada berampun
Sudahkah kita memilin ulang lembaran kelabu menggumpal
dan menoreh lagi tinta suci di atas plakat alam keabadian?
Sudah mampukah kita menjawab pertanyaan berantai itu
tanpa setitikpun pondik bersemayam?
Sadarlah! Tamu agung nan mulia itu telah tiba dan bertandang
Pelosok mana lagi yang kita asakan
bisa meningkapkan noda dan dosa kita yang kian menjadi
penawar racun apa yang paling mujarab
selain dan seindah semangat membara untuk bermaaf?
Sadarlah! sekali untuk terakhir kali
Dia telah datang
dengan membawa milyaran kunci sarat rahmat
demi membuka pintu pintu pertaubatan
mensucikan sukma hingga ke ranah yang paling dalam
Dia telah datang
Bahkan setan berhawa kejahilan pun terseret hina dalam jeruji paling keji
namun betapa sayangnya!
suara iblis masih mengendarai di udara bebas
di sela celah kedatangan sang Rhamadan
hingga tak jarang tak sedikit mereka yang berang
dan tiada malu melampiaskan birahi
dalam suasana bulan nan suci dan jernih
mereka yang berhaluan roh jahat dengan teganya menumpahkan belanga hitam
dengan kesirnaaan sesal yang menjadi debu
tatkala kegersangan dan jerih payah menyelubung
akankah kita menjelma diri layaknya para pelukis noda hitam itu?
atau memilih tuli dan buta
dari kesenangan luapan nafsu palsu juga fana
walau keringat beralih jadi banjir bertumpah sekalipun
ku tetap bergeming
walau raga meringis haus dan menjerit perih
ku tetap berteguh
hingga suatu hari
di kala gema kemenangan bersambut
akan ku teriakkan dengan jiwa yang berseri bukan kepalang
daku telah menang!
Komentar
Posting Komentar