Lingkaran Bersub-sub Lingkaran Itu...
“Waktu ibu tiga perempat habis di Smansa, seperempatnya baru di rumah. Kayaknya ibu udah cinta mati sama Smansa."
Mendengar seorang guru mengatakan hal tersebut di sela pengajarannya, tertegun dalam hati.
Oke ibu, hati saya akan mengiyakannya.
Saya cinta mati dengan segala waktu dan aktivitas saya di sekolah ini.
Jujur saya lebih betah di smansa daripada di rumah sekalipun
Saya suka dengan hawa persaingannya
Hiruk pikuk smansa, dan kelelahannya
Hiruk pikuk smansa, dan kelelahannya
Dan dengan manusia – manusia yang masih memiliki indera perasa
Hingga rasa peduli pun tumbuh, kekompakan dalam perbedaan terjalin
Tapi itu dulu
Sebelum saya masuk ke dalam sebuah lingkaran pergantian jenjang
Lingkaran bisu yang penuh dengan sub – sub lingkaran yang belum berbaur
Entah kenapa sampai saat ini saya belum bisa memaksimalkan aklimatisasi saya
Waktu di lingkaran kotak itu laksana berlalu begitu lama.
Jeda bel masuk dan istirahat bak sehari lamanya.
Tidak, karena saya belum menemukan ‘taste’nya
Rasa solid dan persaudaraan masih dingin.
Sepertinya saya bisa mati membeku dan kehilangan semangat saya yang dulu
Perbedaan diremehkan seperti remah – remah roti yang diinjak
Sepertinya saya tidak kuat untuk menyumbangkan separuh waktu saya di smansa lagi
Karena dalam lingkaran kotak itu hati selalu terasa ditarik tuk pulang
Saya cinta dengan proses kehidupan di smansa
Tapi lingkaran kotak itu akan jadi onak
Sehingga saya akan terus memikirkan rumah
Sanggupkah bersabar sampai saya tidak ada lagi di dalamnya (lingkaran itu)
Padahal ini masih 1 tahun lagi.
Sedang ada 1 tahun indahnya kehidupan di smansa terbias
Karena pikiran terkungkung dalam lingkaran tersebut.
Mantep, gw juga ngerasain :)
BalasHapusWeleh, kita sehati a
BalasHapusKukuku