Bekal Dunia Selanjutnya

Apa yang didapat atau dilalui setiap orang mungkin sangat berbeda. Sebagian bingung mengapa dirinya tak sama dengan orang lain, padahal secara karakter tak ada perbedaan berarti.
...

Sedari awal bekal kita di dunia ini memang berbeda-beda. Titik start yang seolah sama dan setara sebetulnya tak pernah ada.

Ada yang dibekali wajah yang menarik perhatian. Ada yang dibekali otak cemerlang yang mampu memecahkan setiap persoalan. Ada yang terlahir dalam keluarga dengan status terpandang. 

Kita mendapatkannya begitu saja.

Alam nanti adalah hal yang sama sekali berbeda, kali ini kita dapat menentukan bagaimana bekal yang akan kita bawa nanti.

Ada banyak jalan dan cara untuk mempersiapkan dan mendapatkan bekal yang diharapkan. Namun, sebagian dari kita berpikir seolah tak ada lagi titik terang dalam berupaya lebih jauh. Padahal manusia terlahir dengan memiliki kehendak bebas, bukan terbatas naluri atau fototropisme, fotonasti, geotropisme, atau nasti kompleks. 

Ada banyak hal yang bisa dilakukan. Satu pintu tertutup, ribuan pintu lain terbuka. Mengapa sedikit yang diusahakan? Menghabiskan waktu tentang privilege orang lain, sedangkan abai untuk mempersiapkan privilege di akhirat nanti?

Ketika satu pintu pahala begitu sulit dan terasa tak masuk akal, sebetulnya manusia bisa menyeimbangkannya dengan menyertakan pintu-pintu pahala lainnya. Ada shalat malam yang belum ditingkatkan, ada dzikir yang belum dikonsistenkan, ada larangan yang dapat sepenuh hati dijauhi. 

Ada banyak jalan dan cara, untuk mempersiapkan bekal atau "privilege" di dunia selanjutnya.

Tapi kebanyakan manusia masih terlarut sibuk mempertanyakan privilege, di dunia yang fana ini.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bermalam Ala Gelandangan di Ibukota

Jangan Mau Kehilangan KTM ITB

Pantun Memantun Bersama Nabila