Akhir Rapot Semester, Akhir Orientasi Nilai



Alhamdulillah ada yang unpredictable, ada yang unsatisfied. Kecil besar itu udah biasa, kalo seandainya gua rangking 1 seangkatan itu baru yang namanya mu'jizat dan mungkin menyalahi takdir (hehe)
Takdirnya itu gua cuma bisa meraih nilai biasa - biasa aja, tetapi justru karena biasanya itu kenapa juga ga bisa disyukuri? Setidaknya amanah untuk belajar sudah terpenuhi dan angkanya ga bikin gua sampe depresi dan makan cabe berhari-hari, walau totalitasnya masih berada di titik nadir.

Ada beberapa nilai yang turun, tak disangka, yang menurut isu katanya nilai ga mungkin turun, tetapi tidaklah mengapa, kalau itu nilai hasil dari kejujuran gua dan sang guru, hasil dari pengamatan guru itu secara objektif (mungkin ada jg subjektifnya but how?) , gua kira gada yang perlu dipermasalahkan, dan rasanya agak bangga juga kalau hasil gua yang ga di'olah' itu aja udah segitu, gimana kalo beliau-beliau tau nilai gua semester kemarin, hehe.

Bicara tentang rapot semester 5 gua, telah menjadi rahasia umum kalo jalur seleksi Undangan hanya melihat nilai rapot semester 1 - 5. Itu artinya habis semester 5 ini gua bisa menjadi pelajar sebenar-benarnya pelajar. Bukan belajar demi menyongsong kedudukan nilai yang tinggi, bukan pula karena disuruh dengan alasan "Buat undangan !" . Akhirnya tiba era kebebasan di mana gua bisa belajar tanpa beban, mengeksplorasi seluas-luasnya tanpa ada batasan, tanpa ada paksaan, dan yang terpenting karena passion gua akhirnya datang.

Gua ingat sewaktu di SMP betapa gua belajar tuh bener-bener ga mikirin nilai, bodo amat mau turunnya jomplang, turun sepuluh, remed sekali, bener-bener gada beban yang berarti. Oleh karena itu semester 6 ini dan semester-semester di jenjang selanjutnya gua mau mengubah mindset, atau lebih tepatnya meng-upgrade kembali orientasi, yang tadinya di SMA cuma mau bagusin nilai, jadi berorientasi sama perluasan ilmu pengetahuan secara bebas, semau gue, pokoknya gada lagi tuh tuntutan buat dapet nilai di atas delapan tiap ulangan, pokoknya nikmati, jalani, cari tahu, pecahkan.

"Karena sejatinya kehebatan seorang manusia tidak bisa diukur dengan sebuah angka."







Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bermalam Ala Gelandangan di Ibukota

Jangan Mau Kehilangan KTM ITB

Pantun Memantun Bersama Nabila