Setengah Sa'i untuk Keterlambatan
Entah siapa yang memprovokasi semua ini, penutupan
gerbang setelah jam 7 lewat 5 menit
Padahal mah biasanya, 7 lewat 10 pun , siswa masih bisa
masuk ke kelas tanpa surat.
Namun, yang jelas aturan baru mendadak yang dibuat pada hari
Selasa tanggal 13 November 2012, cukup membuat kebakaran jenggot para siswa
yang biasa mengandalkan toleransi 15 menit setelah tadarus, termasuk gua.
Bayangkan gua yang biasanya tidak terlalu panik saat baru berangkat 6.45 dari
rumah, harus menerima kenyataan kalo kali ini tibanya gua di sekolah pada jam 7
lewat 10 menuai hukuman setengah sa’i. Yah, setengah sa’i atau lebih tepatnya
dikurangi lagi setengah, sehingga menjadi angka 3. Kami, para siswa yang ‘sedang sial’, harus berlari dari gerbang dalam ke gerbang
luar sebanyak 3 kali untuk mendapatkan tiket masuk pada jam 7.10 ke atas, yang
diawali dulu dengan pembukaan marah-marahnya sang pembina.
Tidak hanya menegur keras para siswa yang terlambat, sang
pembina juga menginspeksi sepatu yang sarna
(salah warna), dan memarahi habis-habisan kepada murid yang sudah mah terlambat, pake sepatu yang bukan warna hitam, tak terbayang bagaimana goncangan
batin yang dialami beberapa siswa yang sudah jatuh tertimpa tangga pula itu.
Pokoknya itu hari paling ngenes yang pernah dialami karena
sebuah budaya ‘terlambat sedikit’. Jadi
ingat kisah Negeri 5 Menara, di mana Alif Fikri dkk menerima hukuman jewer
berantai karena cuma terlambat 5 menit saja untuk tiba di masjid, untunglah di
sekolah ini ga diterapkan hukuman yg seperti itu. Udah gitu karena ditahan di
gerbang dan disuruh lari-larian bolak balik, berkuranglah durasi gua buat
ikutan ulangan harian redoks dan elektrokimia yang berlangsung pada pelajaran
pertama, penderitaan ini lengkap sudah.
Dari pengalaman tersebut, gua bisa memetik hikmah bahwa
ketepatan dan kedisiplinan waktu sangatlah penting. Bila dokter terlambat beberapa detik saja
menangani pasien, maka nyawa mereka bisa jadi tidak terselamatkan. Bahkan 1 menit saja bisa menjadi waktu yang berharga bila kita
mempergunakannya secara maksimal dan efisien.
"Bahkan keterlambatan 5 menit pun bisa sangat berarti, kalau sudah bicara mengenai one way nya Puncak Pass." ujar Fatiya Ranu, temen gua yang parno sama buka tutupnya jalur di Puncak.
"Bahkan keterlambatan 5 menit pun bisa sangat berarti, kalau sudah bicara mengenai one way nya Puncak Pass." ujar Fatiya Ranu, temen gua yang parno sama buka tutupnya jalur di Puncak.
Bahkan dalam satu detik ada seribu kemungkinan yang bisa dialami seorang dokter bedah.
BalasHapusYah, 1000. Faktanya di bawah satuan detik pun masih ada waktu minor yang berderak pula, intinya waktu sekecil apapun sangat berharga.
BalasHapus