Makna di Setiap Perjumpaan
Di salah satu petak rel, tempat para penikmat hidup menonton kereta yang berlalu-lalang berhiaskan latar perpaduan laut dan langit di kejauhan, dua gerbong kereta tampak berpapasan sebentar. Dua gerbong itu memiliki masinis yang mengoperasikannya. Para masinis saling menyapa, lalu kembali fokus pada jalurnya. Dua orang yang saling kenal karena bekerja di bawah naungan DAOP yang sama, pada titik itu akhirnya bertemu, tetapi tidak untuk kemudian berjalan beriringan. Mereka harus bekerja dengan trek yang berlainan. Perlahan, dua gerbong itu bergerak menjauh dan melanjutkan tujuannya masing-masing, pada arah yang berlawanan.
Salah satu gerbong sampai di stasiun transit dan mempertemukan penglaju dari berbagai penjuru untuk beralih pada kereta berikutnya. Stasiun transit itu sangat ramai, setiap orang bergerak dan berpapasan. Mereka jelas melihat perawakan satu sama lain, tetapi hanya sekilas dan tidak masuk dalam pikiran, apalagi ingatan. Salah satu di antara mereka berangan-angan dapat berjumpa secara tak sengaja terhadap seseorang yang dirindukannya.
Orang itu adalah pria seperempat baya. Ia ingin mengejutkan kekasihnya yang rencananya hari itu akan datang dari timur. Namun, bak hil yang mustahal, keramaian yang seharusnya meningkatkan probabilitasnya, malah semakin mempersulit pertemuannya. Tempat itu terlalu ramai. Kalaupun detik itu mereka berada di tempat yang sama, mungkin mereka tidak akan sadar kalau mereka baru saja berpapasan. Niat mengejutkannya seketika urung. Ternyata lebih mudah dengan membuat janji sebelumnya. Pria itu bermuram durja dan seperti kehilangan arah karena sudah telanjur berada di tempat itu. Ia melihat sekitar, dan pandangannya tertuju pada satu videotron. Dalam videotron itu terlihat seorang public figure yang namanya santer dibicarakan. Sang bintang sedang menawarkan produk kesehatan. Entah mengapa ia mengetahui begitu saja kalau orang yang ada di layar itu akan mengadakan jumpa fans dalam waktu dekat. Mungkin sebaiknya agenda pertemuan dengan kekasihnya hari ini pun dikonsep matang seperti itu.
Jumpa fans itu diadakan di salah satu auditorium di bilangan Jakarta Selatan. Akhir-akhir ini memang sedang ramai tren seperti ini, agar interaksi antara fans dengan idolanya tetap terjaga dengan baik. Acara pun selesai diberlangsungkan dan feedback diberikan. Pertemuannya dinilai sebagian orang sangatlah singkat. Anggapan sang bintang, ia sudah memenuhi keinginan para fans beratnya. Ia kemudian mengecek ombak dengan melihat kolom komentar.
"Tadi ketemunya bentar banget, adain lagi dong, Kaak," komen salah satu fansnya.
"Iya niih, masih kangen," balas fans yang lain.
Sang bintang hanya tersenyum simpul membaca beragam testimoni yang ada. Ia pun mulai membalas komentar-komentar itu satu per satu.
"Waah, iya nanti diadain lagi yaa. Terima kasih yang tadi udah dateeng," jawab sang bintang kemudian.
"Next, bakal lebih seru, stay tune ya, jangan sampai kelewatan." Ia memberikan variasi sedikit pada tanggapannya walau tidak yakin apakah betul ia akan siap jika ke depannya mengadakan event ini menjadi lebih sering atau bahkan diadakan secara berkala setiap bulannya.
Sang bintang memang tak bisa mengalokasikan waktunya lebih lama. Perjumpaan dengan fans menurutnya tidak akan pernah ada kata puasnya, sedangkan ia memiliki segudang agenda lain yang tidak bisa ditinggalkan. Sebagai artis papan atas, yang juga seorang manusia biasa, ia juga punya prioritas dan kehidupan personal untuk dijalani. Untuk membagi waktunya secara proporsional, ia menjadikan jumpa fans sebagai ajang yang langka dan terbatas. Ada value di setiap senyuman, ada pesan di setiap perkataan. Kesan itulah yang ingin ia timbulkan. Agar perjumpaan dengannya selalu memberikan makna mendalam bagi para penggemarnya.
Jika ada yang menyengaja untuk membatasi durasi perjumpaan, adapula yang sangat mengharapkan dan kemudian memanfaatkan perjumpaan yang jarang-jarang. Di sebuah meja makan, di atas rooftop berangin, kala itu malam hari, di titik tertinggi di sebuah pusat kota metropolitan, seorang teman yang lama tak berjumpa begitu antusias menceritakan kabar kehidupannya. Ia tahu kesempatan ini mungkin saja tak datang dua kali. Masing-masing sudah ada kesibukan yang tak dapat ditinggalkan. Kemudian diketahui, bahwa salah seorang di antara mereka sudah beberapa tahun belum pulang ke kampung halamannya. Ia merasa belum mapan secara finansial dan hal ini kerap menahan langkahnya untuk memesan tiket keberangkatan. Temannya memberikan wejangan.
"Pulanglah segera! Temui sanak saudara dan juga kerabatmu, serta orang-orang terpenting dalam hidup awak! Mereka tentulah sangat ingin berjumpa. Mungkin akan ada segenap pertanyaan yang mengikuti, tetapi kehadiranmu walau hanya sebentar, tetap akan sangat bermakna bagi mereka."
Pikirannya mulai terbuka, walau pada saat itu ia mengaku membutuhkan waktu untuk berpikir. Pertemuan dengan teman karib yang pernah berjuang bersama, malam itu, juga sangat penting. Akan tetapi, keputusan yang harus diambilnya segera jauh lebih penting.
"Terima kasih untuk hari ini, Kawan. Sampai jumpa lagi di lain kesempatan."
Perjumpaan itu berakhir, begitu pula dengan pesannya yang tersematkan.
Komentar
Posting Komentar