Langsung ke konten utama

Keunikan Jalur Citayam - Nambo

Sepintas  jalur percabangan ini terlihat nanggung, seperti jalur iseng yang dibangun untuk sekadar memenuhi keinginan masyarakat Nambo yang ingin merasai bagaimana rasanya naik kereta. Wah kalo gitu, warga Sawangan dan Cibubur juga mau dong. Usut punya usut sebenarnya menurut Grand Design yang ada, jalur ini akan menjadi lingkar kereta api paling luar dari jaringan rel jabodetabek. Lingkar luar ini tadinya akan menyambung ke Parung Panjang dan Cibitung dengan stasiun Citayam sebagai pusatnya. Tujuannya agar kereta barang tidak perlu memasuki Jakarta untuk mengantar barang ke daerah Merak dan juga Cikarang. Akan tetapi proyek ini pun mangkrak karena krisis moneter pada tahun 1997.

Keunikan jalur ini di antaranya adalah merupakan salah satu jalur commuter line yang melintasi kawasan yang masih asri. Jalur ini adalah satu-satunya jalur commuter line dengan  rel tunggal. Selain itu ada dua stasiun non-aktif di jalur ini, dan yang menjadi tak habis pikir adalah dua stasiun ini masih disebut pada pengumuman ketika kereta melintasi stasiun-stasiun tersebut.

"Sesaat lagi, kereta akan memasuki stasiun Gunung Puteri...."

Tapi kereta tidak pernah berhenti, dan pintu itu tidak pernah membuka sedikitpun.
Mungkin ke depannya stasiun ini direncanakan akan dibuka, sehingga format pengumumannya sudah dipersiapkan terlebih dahulu.

Yang unik dari pengumuman jalur ini juga, pada saat kereta berangkat dari Citayam, penumpang diingatkan kembali mengenai safety induction, seolah-olah jalur percabangan yang akan dilintasi  sangat berbahaya. Bayangkan seperti melalui kawasan Jurrasic Park dengan hutannya yang lebat, ya seperti itulah. Mungkin sengaja dibuat begitu untuk menyadarkan penumpang yang mau ke Bogor agar segera transit di stasiun Citayam.

Perumahan sekitaran pondok rajeg yang mulai bertumbuh di jalur yang cenderung lebih mirip kawasan hijau

Meski cenderung hijau dan asri, di jalur ini sudah mulai nampak pembangunan perumahan.

Pemandangan sungai asri yang agak jarang ditemui

Sungai Ciliwung mengalir dengan sekeliling daerah kawasan hijau (dan mulai digerogoti pemukiman.)


Stasiun Non-aktif Pondok Rajeg
Stasiun Non-aktif Pondok Rajeg
Kondisi eksisting terkini, stasiun Pondok Rajeg dengan grafitinya yang khas.


Stasiun Cibinong
Stasiun Cibinong, yang menjadi stasiun ikonik bagi orang Bogor Kabupaten yang ingin mengurus administrasi dan juga bekerja di kawasan industri.

Nambo Line di atas Jagorawi


Situasi dari atas jembatan, yang kalau dari bawah sepintas mirip dengan jembatan penyebarangan kendaraan biasa atau JPO (tepatnya sebelum dielektrifikasi).

Stasiun Non-aktif Gunung Puteri
Stasiun Non-aktif Gunung Puteri
Stasiun yang entah kenapa namanya di Google Maps menjadi Stasiun Kereta Bogasari.


Kawasan Pabrik Indocement

Bicara jalur ini tidak lepas dari keberadaan Pabrik Indocement Tunggal Prakarsa. Pabrik ini mengirimkan produk mereka melalui jalur Nambo - Citayam, sebagai wujud kerja sama antara Indocement dengan PT. KAI. Indocement mempunyai pabrik di Palimanan dan Citeureup sehingga digunakanlah kereta api karena pabrik perusahaan ini terletak tak jauh dari Stasiun Arjawinangun dan Stasiun Nambo.


Hogbag (?) Khas di area Pabrik Indocement

Dari kereta dapat dilihat sebuah bukit yang sudah agak gundul, yang tak jauh dari pabrik semen, dan terlihat bekas kerukan sana-sini. Diduga bukit ini biasa dimanfaatkan untuk memproduksi semen.


Truk Pengantar Semen



Nambo dengan Soft-background Pabrik Indocement



Sebagai stasiun paling ujung, Stasiun Nambo memiliki delapan jalur. Jalur satu digunakan untuk KRL dan kereta langsir. jalur dua, tiga dan empat untuk kereta langsir serta menumpang gerbong datar atau untuk parkir gerbong semen yang sudah selesai loading. Jalur lima dan enam digunakan untuk proses loading semen, sedangkan jalur tujuh dan delapan merupakan jalur baru yang rencananya akan digunakan untuk jalur kereta batu bara KA Babarandek dari dan tujuan Cigading [1].


Station Sign Tipe 1



Hiruk Pikuk Commuter Nambo

Station Sign Tipe 2
Bagi Anda, tujuan Bojonggede sampai Bogor, yang ketiduran atau kelewatan sehingga akhirnya nyasar di Stasiun Nambo ini, akan membutuhkan nominal yang tidak sedikit, yakni sebesar 45000 rupiah jika ingin menyewa go-ride ke Stasiun Citayam. Hal ini menunjukkan seberapa penting keberadaan Commuter Line di Nambo untuk membuat praktis dan ekonomis perjalanan pulang pergi dari dan menuju Nambo.


O iya, last but not least, sebenarnya kata Nambo itu berasal dari mana sih? Kebetulan di daerah Bandung, ada desa yang bernama Cinambo yang sudah berdiri sejak zaman Belanda. Usut punya usut, menurut pendapat salah seorang penulis pada tulisannya yang berjudul Asal Usul Singkat Nama Cinambo dan Tampuk Kepemimpinan Desa Cinambo, kira-kira Cinambo berasal dari rangkaian kata Cai Numbu, yang artinya air nyambung. Hal ini senada dengan demografi wilayahnya yang dikelilingi empat sungai besar: Cilutung, Ciburuy, Cipager, dan Ciwaru. Tiga sungai besar dari empat yang disebutkan semuanya bermuara ke sungai Cilutung. Mungkin inilah yang dimaksud dengan air nyambung, atau bahasa sundanya cinumbu, yang belakangan menjadi Cinambo. Selain itu, perkiraan lain, Cinambo kemungkinan juga berasal dari kata Cinambeu, yang artinya air menggenang [2]. Apabila dikaitkan dengan desa Nambo di daerah Bogor, boleh jadi di daerah ini terdapat air sungai yang tersambung atau menggenang, walaupun dengan mengabaikan kata Cai itu sendiri. Tabik!



Sumber:
[1] https://www.kabarpenumpang.com/jalur-stasiun-nambo-punya-pemandangan-yang-manjakan-mata/
[2] http://ririfhermawan.blogspot.com/2012/01/cinambo.html

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bermalam Ala Gelandangan di Ibukota

Pantun Memantun Bersama Nabila

Jangan Mau Kehilangan KTM ITB