Why Adulting is Hard?



Menurut saya ada beberapa hal yang bikin  beranjak dewasa itu kerasa berat banget. Dan hal itu sesepele kayak:

1. WC yang bersih hanya diperoleh dari ketahanan kita menahan rasa jijik.
Sebuah ironi karena kita sebagai orang perlente yang hanya bisa menggunakan WC yang bersih, ternyata harus bertahan pada hal yang kita benci : sesuatu yang kotor. Segala yang bersih dan nyaman hanya bisa diperoleh dari rutinitas membersihkan, dan membersihkan selalu berkaitan dengan hal yang kotor. Bisa saja sih kita menggunakan jasa bersih-bersih, tapi jasa apapun pasti masang tarif sesuai demand, zaman skrg apa sih yang ga naik harganya? Mau sampai kapan bergantung sama jasa bersih-bersih? Jadi pada akhirnya akan repot sendiri kalau kita mencoba memungkiri bahwa eksistensi WC bersih adalah buah hasil ketahanan kita menghadapi WC yang kotor.

2. Dapetin uang sebesar 3000 sesepele buat bayar ongkos jarak dekat itu ga selalu gampang.
Untuk memahaminya, coba deh kita sama-sama balik ke tools strata paling sederhana dari tipe-tipe pelamar kerja: ijazah SD. Coba hanya gunakan ijazah SD, bukan yang lain. Gimana? Masih merasa nyari uang itu segampang mengeluarkannya untuk bayar uang parkir? Nyari uang di sini kerja loh yah, bukan minta ke kerabat atau nemu-nemu di jalan.

3. Tidak ada tombol reset untuk segala hal.
Respon karyawan pelat merah terhadap diusungnya BTP merupakan salah satu contoh, kalo sekali kita memberi nila, susu sebelanga akan rusak dengan niscaya. Memang kesannya kayak ga adil aja sih, siapa coba warga +62 yang ga pernah keseleo lidahnya, apalagi kalo didesak dari segala arah, dan setiap saat terekspos publik. Kalo udah gitu pengen neken tombol reset aja rasanya. Bener-bener jadi murni dan mulai hidup dari awal kembali. Sayangnya itu ga mungkin. Dan yang kita bisa cuma mengoptimalkan apa yang masih bisa dioptimalkan, mencari berbagai bright point yang masih bisa dimekarkan, dan move on kepada relung lainnya yang masih memberi kesempatan.

4. Kita bisa seperti sekarang ini hanya bisa karena bantuan orang lain.
Pengen bilang, "Aku bisa begini berkat usahaku sendiri loh." Yakali. Let's start from the simplest one: kita bisa tumbuh dan berkembang dengan baik aja sampai usia remaja itu pasti karena perhatian orang tua ataupun orang-orang yang mengayomi kita sejak kecil. Belum lagi, penasihat-penasihat dan para penampung curhatan yang selalu membantu kita di saat pusing tujuh keliling. Jadi gada tuh namanya kita ga pernah minta bantuan orang lain. Terus kenapa sih ini bikin adulting jadi berat banget. Ya karena, masak sih kita udah ditolongin, kita ga mau bales nolongin dan nyenengin orang-orang itu. Dan tantangannya dimulai dari situ. Nyenengin semua pihak tuh ga gampang. Harus pinter-pinter nyari takaran yang representatif. Kalo ga bijak, haduh bisa-bisa kita malah bikin segalanya jadi runyam, pokoknya balancing-nya itu sih yang paling butuh mikir banget.

5. Kehilangan, cepat atau lambat segera datang.

Manfaatkanlah lima perkara sebelum lima perkara
(1) Waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu,
(2) Waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu,
(3) Masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu,
(4) Masa luangmu sebelum datang masa sibukmu,
(5) Hidupmu sebelum datang matimu.
(HR. Al Hakim dalam Al Mustadroknya 4: 341. Al Hakim mengatakan bahwa hadits ini shahih sesuai syarat Bukhari Muslim namun keduanya tidak mengeluarkannya. Dikatakan oleh Adz Dzahabiy dalam At Talkhish berdasarkan syarat Bukhari-Muslim. Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wa At Tarhib mengatakan bahwa hadits ini shahih)


Akhi, ukhti, yuk baca tulisan lengkapnya di Rumaysho:
https://rumaysho.com/5022-manfaatkanlah-5-perkara-sebelum-menyesal.html
 “Manfaatkanlah lima perkara sebelum lima perkara

(1) Waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu,

(2) Waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu,

(3) Masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu,

(4) Masa luangmu sebelum datang masa sibukmu,

(5) Hidupmu sebelum datang matimu.”

(HR. Al Hakim dalam Al Mustadroknya 4: 341. Al Hakim mengatakan bahwa hadits ini shahih sesuai syarat Bukhari Muslim namun keduanya tidak mengeluarkannya. Dikatakan oleh Adz Dzahabiy dalam At Talkhish berdasarkan syarat Bukhari-Muslim. Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wa At Tarhib mengatakan bahwa hadits ini shahih)



Dulu pas kecil, ketika kita masih berada dalam boundary imajinasi kita, dilindungi oleh asumsi kalo seolah-olah ini akan berlangsung selamanya, happily ever after lah pokoknya, kita merasa bahwa kita akan selalu menjadi anak kecil yang bisa minta tolong ke orang tua, dimaklumi kalo berbuat salah, dan selalu mendapatkan jawaban yang pasti dari berbagai hal (menjawab pilihan ganda merupakan hal yang paling indah karena jawabannya pasti ada di antara pilihan-pilihan itu dan tidak abu-abu).

Dan here we are, itu semua hanya fa-ta-mor-ga-na. Yaps, masa kecil yang penuh dengan unsur utopis itu telah berlalu. Saat ini kita berada di fase yang terbentur oleh berbagai kenyataan, baik pahit maupun seru. Dan, yang paling krusial adalah 'ini semua tidak abadi'. Kalo tidak pandai-pandai memanfaatkan waktu dan cepat-cepat menemukan tujuan utama dalam hidup, maka masa emas ini pun akan berlalu dan berakhir dengan kita tidak memiliki apa-apa selain penyesalan.Inilah bagian paling berat menjadi seorang dewasa.

Manfaatkanlah lima perkara sebelum lima perkara
(1) Waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu,
(2) Waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu,
(3) Masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu,
(4) Masa luangmu sebelum datang masa sibukmu,
(5) Hidupmu sebelum datang matimu.
(HR. Al Hakim dalam Al Mustadroknya 4: 341. Al Hakim mengatakan bahwa hadits ini shahih sesuai syarat Bukhari Muslim namun keduanya tidak mengeluarkannya. Dikatakan oleh Adz Dzahabiy dalam At Talkhish berdasarkan syarat Bukhari-Muslim. Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wa At Tarhib mengatakan bahwa hadits ini shahih)


Akhi, ukhti, yuk baca tulisan lengkapnya di Rumaysho:
https://rumaysho.com/5022-manfaatkanlah-5-perkara-sebelum-menyesal.html
Manfaatkanlah lima perkara sebelum lima perkara
(1) Waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu,
(2) Waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu,
(3) Masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu,
(4) Masa luangmu sebelum datang masa sibukmu,
(5) Hidupmu sebelum datang matimu.
(HR. Al Hakim dalam Al Mustadroknya 4: 341. Al Hakim mengatakan bahwa hadits ini shahih sesuai syarat Bukhari Muslim namun keduanya tidak mengeluarkannya. Dikatakan oleh Adz Dzahabiy dalam At Talkhish berdasarkan syarat Bukhari-Muslim. Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wa At Tarhib mengatakan bahwa hadits ini shahih)


Akhi, ukhti, yuk baca tulisan lengkapnya di Rumaysho:
https://rumaysho.com/5022-manfaatkanlah-5-perkara-sebelum-menyesal.html
6. Harus siap tidur tiap hari hanya 1 jam.
Sejauh yang saya temui selama ini, orang-orang yang saya rasa hidupnya sudah seimbang, misalnya seimbang akademik dan organisasinya, ternyata selalu mengorbankan waktu tidur mereka di peraduan. Padahal tidur itu penting banget gak sih buat regenerasi tubuh, dan detoksifikasi. Saya pribadi merupakan penganut aliran tidur minimal 8 jam, apapun kondisinya. Akan tetapi, adulting gak selalu kondusif untuk itu. Terkadang, bahkan seringkali kita harus mengorbankan waktu tidur kita yang seimbang untuk bertanggung jawab terhadap perkara yang harus diselesaikan saat itu juga. Ya mau gimana lagi. Kita hidup bukan cuma untuk diri kita sendiri dong. Dan dewasa adalah perihal memberi pengorbanan pada waktunya. Yang kadang waktunya memang bisa seintens itu. Datang lagi, dan datang lagi. Makanya udah bukan perkara aneh kalo tiap hari cuma bisa tidur 1 jam. Memang sudah saatnya puteri tidur ikutan berperang, yak melawan ego pribadi. Wahai orang yang berselimut bangunlah. Waktumu telah habis. Dan pagi hari ini sudah terulang kembali. Selamat menjalani aktivitas adulting Anda hari ini.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bermalam Ala Gelandangan di Ibukota

Pantun Memantun Bersama Nabila

Jangan Mau Kehilangan KTM ITB