Persisten
Masih berhubungan dengan tulisan Racauan Survive di Fase Quarter Life Crisis,
menurut saya persisten adalah solusi paling berdampak bagi setiap orang yang tengah
mengalami quarter life crisis, di samping solusi-solusi lain seperti nyari
coach, nyari komunitas yang sevisi, nyari tempat diskusi, dan sebagainya.
Dunia ini ribet, beneran deh. Buat dapetin
satu hal sepele aja tahapan dan persyaratannya bukan main banyaknya. Apalagi ngejar
sesuatu yang emang dikejar banyak orang. Tambah lagi kalau yang dikejar belum
tentu semua orang dapet, hadeuh ingin mundur sedari awal saja rasanya biar tidak
buang-buang waktu, energi, dan uang. Pokoknya kalo kira-kira udah keliatan besar pasak daripada tiang, terlalu dinamis, terlalu bertele-tele persyaratannya padahal bayarannya tidak seberapa, langkah kaki ini langsung ingin mundur dengan teratur.
Tapi, jangan gitu juga lah! Setidaknya pasti ada satu hal grande yang kita bisa pilih buat menjadi persisten di situ. Kalo kata pemateri di Seminar Defero Radio Kampus 2016 yang saya ikuti sih, "Sekali layar terkembang, pantang surut." Ya tentunya memilih di awal pun memang perlu perjuangan (kata seorang anak TI yang lagi dukung temennya maju jadi Cakahim). Tapi kalo ga mau berjuang buat menentukan pilihan di awal dan menjadi persisten, wah kapan kita mau jadi orang. Boro-boro bicara menjadi masyarakat dunia, jadi manusia yang tidak hanya berupa seonggok daging yang bisa jalan-jalan saja tidak bisa.
Gada orang yang ga berguna, yang ada orang yang gamau persisten. Kalo diseriusin, meski salah jurusan pun usaha tidak akan mengkhianati hasil. Lu mau ke Cisitu tapi jadinya malah ke Tegallega, kalo lu serius mengobservasi setiap proses perjalanannya, setidaknya lu nyasar sambil mereguk ilmu. Lu jadi tau kalo Tegallega tuh ga segampang Cisitu kalo mau nyari makan, jadi lu ga akan nyari kosan di Tegallega. #Apasih. Ya pokoknya begitulah, kalo prosesnya diseriusin, meski bukan tujuan sejati lu atau jodoh lu, setidaknya value diri jadi sedikit bertambah, kalo gamau disebut value, ya setidaknya wawasan lu yang nambah. Ga cuman pandangan kacamata kuda doang.
Komentar
Posting Komentar