Stasiun Tanjung Priok

Disclaimer: Alasan membuat post ini adalah karena keresahan bahwa di stasiun Tanjung Priok mulai agak sedikit terkesan dilarang untuk foto-foto. Penumpang KRL cepat-cepat diminta ke luar dari area stasiun ketika Commuter Line berangkat dari stasiun ini. Post ini sebenarnya lebih sebagai sebuah kliping ketimbang tulisan, yang bertujuan agar tulisan-tulisan tentang Tanjung Priok tidak tercecer begitu saja di dunia maya dan tak lekang oleh masa.
Diambil dari sini

Zaenuddin HM, dalam bukunya “212 Asal-Usul Djakarta Tempo Doeloe,” setebal 377 halaman, diterbitkan Ufuk Press pada Oktober 2012, menjelaskan asal-usul nama Tanjung Priok, yang antara lain konon berasal dari kata tanjung dan priok.

Kata tanjung artinya daratan yang menjorok ke laut dan kata priok (periuk) yakni semacam panci masak dari tanah liat yang merupakan komoditas perdagangan sejak zaman prasejarah.
Diyakini pada masa itu banyak diproduksi dan dijual belikan panci model periuk di daerah tersebut. Versi lain menyatakan, nama daerah itu bermula dari nama pohon tanjung (mimusops elengi) yang tumbuh menandai makam Mbah Priok (Habib Ali Al-Haddad).

Dalam versi yang lebih lengkap, dikisahkan bahwa Mbah Priok yang biasa dipanggil Habib, adalah seorang ulama kelahiran Palembang pada 1727. Beliau kemudian datang ke pulau Jawa untuk menyebarkan agama Islam.

Bersama pengikutnya, Habib berlayar menuju Batavia selama dua bulan. Lolos dari kejaran perahu Belanda, kapalnya digulung ombak besar, sehingga semua perlengkapan hanyut terbawa arus laut.
Akibatnya, yang tersisa hanya alat penanak nasi dan beberapa liter beras yang berserakan. Habib sendiri ditemukan wafat di sebuah semenanjung yang saat itu belum punya nama.

Di samping jenazahnya ditemukan pula periuk dan sebuah dayung. Kemudian oleh warga, sebagai tanda, makam Habib diberi nisan berupa dayung, sedangkan periuk diletakkan di sisi makam itu.
Konon, dayung tersebut tumbuh menjadi pohon tanjung, sedangkan priuknya hanyut terbawa ombak. Tetapi, setelah empat tahun, periuk itu konon kembali lagi ke sisi makam Habib.

Kisah periuk nasi dan dayung yang menjadi pohon tanjung itulah yang kemudian diyakini sebagai asal usul nama Tanjung Priok, sedangkan panggilan Mbah Priok merupakan penghormatan untuk Habib, yang makamnya kini masih ada di daerah tesebut dan sering diziarahi warga.


Pembangunan Stasiun Tanjung Priuk  yang sekarang ini tidak terlepas dari tingginya aktivitas di pelabuhan Tanjung Priuk sebagai pintu gerbang kota Batavia. Pelabuhan Tanjung Priuk yang menjadi pelabuhan kebanggaan Hindia Belanda juga merupakan perluasan dari pelabuhan lama Jayakarta atau Sunda Kelapa di kawasan Pasar Ikan. Sebelumnya lokasi Stasiun kereta api Tanjung Priuk berada persis di atas dermaga Pelabuhan Tanjung Priuk, yang pengerjaannya dilaksanakan oleh Burgerlijke Openbare Werken (Departemen Pekerjaan Umum Hindia Belanda). Pembangunan diselesaikan pada tahun 1883, tetapi peresmiannya baru dilakukan pada tahun 1885 bersamaan dengan pembukaan Pelabuhan Tanjung Priuk. Pengelolaan stasiun yang melayani rute Sunda Kelapa-Tanjung Priuk diserahkan kepada Jawatan Kereta Api Negara Staats Spoorwegen (SS), begitu juga rute Tanjung Priuk – Batavia, sedangkan Tanjung Priuk – Kemayoran dikelola perusahaan kereta api swasta Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NISM).
diambil dari sini

diambil dari sini

diambil dari sini

diambil dari sini

Aktivitas yang kian meningkat di Pelabuhan Tanjung Priuk memaksa pemerintah memperluas kawasan pelabuhan dengan menggusur Stasiun Tanjung Priuk yang lama. Untuk menggantinya dibangun stasiun baru di lokasi yang sekarang, dan arsitek yang ditunjuk adalah  C.W. Koch.  Tahun 1914, di masa pemerintahan Gubernur Jenderal A.F.W. Idenburg (1909-1916), pembangunan stasiun baru yang menggunakan tenaga kerja hingga 1.700 orang (130 di antaranya orang Eropa) dimulai. Rencana pembangunan stasiun kereta api baru sebenarnya banyak menuai protes karena dianggap pemborosan. Kereta api kapal yang menghubungkan kota-kota seperti Bandung dengan kapal-kapal yang bersandar di Pelabuhan Tanjung Priuk seperti Stoomvaart Maatschappij Nederland dan Koninklijke Rotterdamsche Lloyd langsung menuju dermaga pelabuhan dan tidak menggunakan Stasiun Tanjung Priuk.Namun pemerintah bersikeras dengan alasan perlu adanya transportasi yang aman untuk mengakomodir perdagangan dan wisatawan Eropa di Batavia, karena wilayah Tanjung Priuk masih berupa hutan dan rawa-rawa berbahaya.

Kawasan Stasiun Priok memiliki luas lahan 46.930 meter persegi, dengan luas bangunan 3.768 meter persegi. Stasiun Tanjung Priok itu mengusung arsitektur dengan lagam bangunan art deco. Di balik bangunan megah dan mewah itu, tersembunyi bunker peninggalan zaman Belanda. Tepatnya di belakang bar dan di samping ruang dapur. Bunker itu hanya memiliki luas 4x4 meter persegi, setidaknya ada 5 ruang berukuran kecil seperti pintu masuk, namun tertutupi lapisan tembok. Salah satu lapisan tembok di sisi kanan bunker terdapat coak bongkaran yang bisa dimasuki oleh orang. Wakil Kepala Stasiun, Armidi, menyebutkan konon fungsi bunker ini adalah untuk menimbun hasil bumi karena di dalamnya terdapat jalan tembus menuju pelabuhan Tanjung Priok, selain kamar tidur bersekat yang muat tiga sampai empat tempat tidur.
Armidi juga menyebut di dalam bunker seperti jalan raya. "Nah itu juga tembus ke Pelabuhan Tanjung Priok," tambah Armidi. Dari cerita yang didapat, jalan tembus ke Pelabuhan Tanjung Priok itu untuk mengangkut hasil bumi. Saat itu, para penjajah dari Belanda memanfaatkan untuk menyelundupkan hasil bumi tanpa harus diganggu oleh pribumi. "Kalau bawah tanah kan tidak kelihatan dari atas tidak diganggu sama pribumi, Jadi orang Belanda lewat bawah tanah itu," kata Armidi. Selain jalan tembus ke pelabuhan, dalam bunker juga terdapat semacam kamar yang disekat. Kamar tersebut muat tiga sampai empat kamar tidur.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kisah Bunker Stasiun Tanjung Priok yang Tembus hingga Pelabuhan", https://megapolitan.kompas.com/read/2015/11/25/06332681/Kisah.Bunker.Stasiun.Tanjung.Priok.yang.Tembus.hingga.Pelabuhan?page=all.
Penulis : Kahfi Dirga Cahya
Wakil Kepala Stasiun Tanjung Priok Armidi tidak membantah keberdaaan bunker tersebut penting. "Konon katanya itu untuk menimbun hasil bumi," kata Armidi kepada Kompas.com di Jakarta Utara, Selasa (23/11/2015).

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kisah Bunker Stasiun Tanjung Priok yang Tembus hingga Pelabuhan", https://megapolitan.kompas.com/read/2015/11/25/06332681/Kisah.Bunker.Stasiun.Tanjung.Priok.yang.Tembus.hingga.Pelabuhan?page=all.
Penulis : Kahfi Dirga Cahya
Wakil Kepala Stasiun Tanjung Priok Armidi tidak membantah keberdaaan bunker tersebut penting. "Konon katanya itu untuk menimbun hasil bumi," kata Armidi kepada Kompas.com di Jakarta Utara, Selasa (23/11/2015).

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kisah Bunker Stasiun Tanjung Priok yang Tembus hingga Pelabuhan", https://megapolitan.kompas.com/read/2015/11/25/06332681/Kisah.Bunker.Stasiun.Tanjung.Priok.yang.Tembus.hingga.Pelabuhan?page=all.
Penulis : Kahfi Dirga Cahya
Wakil Kepala Stasiun Tanjung Priok Armidi tidak membantah keberdaaan bunker tersebut penting. "Konon katanya itu untuk menimbun hasil bumi," kata Armidi kepada Kompas.com di Jakarta Utara, Selasa (23/11/2015).

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kisah Bunker Stasiun Tanjung Priok yang Tembus hingga Pelabuhan", https://megapolitan.kompas.com/read/2015/11/25/06332681/Kisah.Bunker.Stasiun.Tanjung.Priok.yang.Tembus.hingga.Pelabuhan?page=all.
Penulis : Kahfi Dirga Cahya
Wakil Kepala Stasiun Tanjung Priok Armidi tidak membantah keberdaaan bunker tersebut penting. "Konon katanya itu untuk menimbun hasil bumi," kata Armidi kepada Kompas.com di Jakarta Utara, Selasa (23/11/2015).

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kisah Bunker Stasiun Tanjung Priok yang Tembus hingga Pelabuhan", https://megapolitan.kompas.com/read/2015/11/25/06332681/Kisah.Bunker.Stasiun.Tanjung.Priok.yang.Tembus.hingga.Pelabuhan?page=all.
Penulis : Kahfi Dirga Cahya
Wakil Kepala Stasiun Tanjung Priok Armidi tidak membantah keberdaaan bunker tersebut penting. "Konon katanya itu untuk menimbun hasil bumi," kata Armidi kepada Kompas.com di Jakarta Utara, Selasa (23/11/2015).

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kisah Bunker Stasiun Tanjung Priok yang Tembus hingga Pelabuhan", https://megapolitan.kompas.com/read/2015/11/25/06332681/Kisah.Bunker.Stasiun.Tanjung.Priok.yang.Tembus.hingga.Pelabuhan?page=all.
Penulis : Kahfi Dirga Cahya
Bunker Belanda
Diambil dari sini

Memasuki abad XXI, sejak 21 Januari 2002, kemegahan Stasiun Tanjung Priuk mulai hilang dikarenakan regulasi oleh PT Kereta Api yang tidak lagi mengoperasikan KA (kereta api) kelas ekonomi tujuan Surabaya, Solo, Semarang. Menyebabkan stasiun ini hanya mengoperasikan dua KA kontainer untuk tujuan Bandung dan Surabaya. Masa-masa sebelum 2009, stasiun ini berubah menjadi suatu tempat dengan kesan angker, bau pesing, banyaknya biro-biro perjalanan, gubuk-gubuk liar disamping rel kereta, dan PSK (pekerja seks komersial) di malam hari.
Gedung Sinyal Stasiun Saat Pemugaran
diambil dari sini
 
Gedung Sinyal Stasiun Kini
diambil dari sini


Sejak banyaknya komersialisasi (baca: syuting iklan, acara televisi, video musik, dan iklan) di Stasiun Tanjung Priuk, stasiun ini kini menjadi tempat yang sangat ketat bagi fotografer pemula maupun yang sudah berpengalaman karena tempat ini "terlarang" sebagai area memotret, padahal sama sekali tidak ada rambu-rambu dilarang memotret di stasiun. Alasan status cagar budaya "tidak pernah diterapkan" di situs lain yang dikelola oleh pemerintah daerah maupun BPCB.Jangankan kamera SLR (termasuk juga DSLR dan mirrorless), kamera digital saku bahkan dalam kasus tertentu dapat terkena peringatan oleh petugas keamanan. Sejak berlakunya aturan baru memotret di stasiun, hanya kamera ponsel, dan kamera aksi (GoPro) yang diperbolehkan digunakan untuk memotret stasiun
 
Wakil Kepala Stasiun Tanjung Priok Armidi tidak membantah keberdaaan bunker tersebut penting. "Konon katanya itu untuk menimbun hasil bumi," kata Armidi kepada Kompas.com di Jakarta Utara, Selasa (23/11/2015).

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kisah Bunker Stasiun Tanjung Priok yang Tembus hingga Pelabuhan", https://megapolitan.kompas.com/read/2015/11/25/06332681/Kisah.Bunker.Stasiun.Tanjung.Priok.yang.Tembus.hingga.Pelabuhan?page=all.
Penulis : Kahfi Dirga Cahya
Sumber:
http://encyclopedia.jakarta-tourism.go.id/post/stasiun-tanjung-priuk--wisata-sejarah?lang=id
https://jakarta.bisnis.com/read/20161118/387/604115/jakarta-tempo-doeloe-inilah-asal-usul-nama-tanjung-priok-jakarta-utara
https://www.kaskus.co.id/thread/50a0c2cde774b4b059000024/13-foto-kawasan-tanjung-priok-tempo-dulu-keren-banget-gan/
http://sukrablog.blogspot.com/2009/03/ruang-waktu-stasiun-tanjung-priuk.html
https://news.detik.com/berita/d-3284860/menguak-bunker-peninggalan-belanda-di-stasiun-tanjung-priok
https://megapolitan.kompas.com/read/2015/11/25/06332681/Kisah.Bunker.Stasiun.Tanjung.Priok.yang.Tembus.hingga.Pelabuhan?page=all
https://nasional.okezone.com/read/2018/07/27/337/1928415/balada-stasiun-tua
https://www.kaorinusantara.or.id/newsline/72119/kini-stasiun-aman-untuk-fotografi
https://travel.detik.com/dtravelers_stories/u-4655243/stasiun-tanjung-priok-yang-megah-terjaga-keasliannya/4

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bermalam Ala Gelandangan di Ibukota

Pantun Memantun Bersama Nabila

Jangan Mau Kehilangan KTM ITB